Cerpen Titik Temu Terakhir
Selasa, 28 Maret 2023
Tulis Komentar
Dalam keheningan malam yang sunyi, aku duduk di atas kursi goyang yang terletak di teras rumahku. Sepi dan sunyi adalah teman-teman setia yang selalu menemaniku di setiap malam. Aku tak bisa tidur sejak tiga hari yang lalu. Rasa sakit yang ku rasakan masih begitu menusuk-nusuk di dalam dadaku.
Aku ingat betul ketika aku masih kecil, ibuku selalu memelukku setiap kali aku merasa takut atau sedih. Aku merindukan pelukan hangat itu, tapi ibu telah pergi meninggalkanku dua tahun yang lalu karena terkena penyakit kanker yang tak bisa diobati.
Tanganku tergenggam erat pada sepucuk surat yang baru saja aku terima dari dokter. Surat itu berisi kabar buruk bahwa aku juga terkena penyakit kanker yang sama dengan ibuku. Dokter mengatakan bahwa aku hanya memiliki waktu kurang dari tiga bulan untuk hidup.
Aku merasa hancur dan takut akan kematian yang sebentar lagi akan menjemputku. Namun, dalam hatiku aku merasa lega karena aku akan bisa bertemu lagi dengan ibuku di akhirat kelak.
Aku pun memutuskan untuk memulai perjalanan terakhirku dengan mengunjungi tempat-tempat yang pernah aku impikan. Aku pergi ke Jepang, Italia, dan Prancis. Aku menikmati setiap momen yang ada di sana meskipun tubuhku mulai melemah. Aku merasa bahagia karena aku bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang yang aku cintai.
Ketika aku kembali ke rumah, aku merasa semakin lemah dan tak bisa bergerak sebagaimana mestinya. Suatu hari, aku terjatuh di ruang tamu dan tak bisa berdiri lagi. Aku merasa ketakutan dan kesepian karena tak ada siapa-siapa yang bisa menemani diriku di saat-saat terakhirku.
Tiba-tiba, pintu terbuka dan seseorang masuk ke dalam rumahku. Aku merasa lega dan senang karena ada seseorang yang datang menemuiku. Orang itu adalah sahabatku, Anna. Dia datang dari luar kota hanya untuk menemani diriku di saat-saat terakhirku.
Anna duduk di sampingku dan memelukku dengan erat. Dia berkata bahwa aku tidak sendiri, dia akan selalu bersamaku sampai akhir hayatku. Aku merasa sangat berterima kasih dan bahagia karena ada seseorang yang peduli dan mengasihi diriku.
Aku menutup mataku dan membiarkan air mataku mengalir. Aku merasa lega dan bahagia karena aku sudah menyelesaikan perjalanan hidupku dengan menyambut kematian dengan tangan terbuka. Aku berterima kasih pada Tuhan karena aku masih bisa merasakan kebahagiaan meskipun hidupku tak sebentar lagi akan berakhir.
Dan itulah titik temu terakhirku, aku melepaskan napas terakhirku dalam pelukan Anna, sahabat yang selalu setia menemani menyertai perjalananku hingga akhir hayatku. Aku merasa tenang dan damai karena aku tahu bahwa aku akan bersatu kembali dengan ibuku di sana, di dunia lain yang lebih baik.
Sekarang, saat aku menatap ke langit malam yang gelap dan sunyi, aku merenungkan perjalanan hidupku yang penuh dengan liku-liku dan kesedihan. Namun, aku tidak menyesalinya, karena setiap pengalaman yang aku jalani telah membuatku menjadi orang yang lebih kuat dan bijaksana.
Aku berharap bahwa kisah hidupku bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk tetap tegar dan berjuang, meskipun mereka dihadapkan pada situasi yang sulit. Aku percaya bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada cahaya kebahagiaan yang menyinari kehidupan kita.
Dan dengan itu, aku merasa siap untuk mengakhiri kisah hidupku di dunia ini dan membuka lembaran baru di kehidupan yang lain. Terima kasih telah membaca kisahku, semoga kisahku bisa memberikan inspirasi dan kekuatan bagi kalian yang membacanya. Sampai jumpa di dunia lain, selamat tinggal.
Belum ada Komentar untuk "Cerpen Titik Temu Terakhir"
Posting Komentar